RSS
Tampilkan postingan dengan label Pendidikan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pendidikan. Tampilkan semua postingan

Pendidikan Agama Bentengi Remaja Berbuat Mesum

JAKARTA - Intensitas pendidikan agama di sekolah yang masih minim dinilai menjadi salah satu faktor pemicu tingginya angka praktik seks bebas oleh para remaja di Indonesia.

Selain itu, pendidikan agama di Indonesia hanya berbentuk pembelajaran, bukan untuk meningkatkan moral. Pendidikan agama seharusnya meningkatkan akhlak yang mulia dan moral yang baik.

Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Amidhan mengatakan, pada prinsipnya, zina haram hukumnya, itulah namanya demoralisasi. "Saya juga mendengar data ada sekitar 30 persen dari seluruh anak SMP yang ada di Indonesia sudah pernah melakukan seks di luar nikah," terangnya.

Dalam survei terakhir, Komisi Perlindungan Anak (KPA) mengungkapkan data bahwa 97 persen remaja di Indonesia pernah menonton atau mengakses pornografi, 93 persen pernah berciuman, 62,7 persen pernah berhubungan badan, serta 21 persen remaja telah melakukan aborsi.

Menurut Amidhan, kurikulum pendidikan di Indonesia juga belum bisa memasukkan pendidikan seks sebagai mata pelajaran di sekolah. Karena itu, orangtua merupakan ujung tombak pendidikan seks bagi para remaja usia sekolah.

Cara orang tua dalam memberi pendidikan seks kepada anak-anak, lanjut Amidhan, adalah dengan lebih mendekatkan diri, dan mengisi waktu luang bersama.

"Keinginan-keinginan itu harus dibantu, karena situs porno itu sangat luar biasa. Dengan itu kita bisa sedikit-sedikit memberitahukan apa bahaya dan kegunaan seks itu sendiri, khususnya untuk para gadis. Sebagai orangtua harus ekstra ketat untuk memberitahukan mereka karena butuh bimbingan untuk mengetahui hal-hal tersebut," terang Amidhan.

Sementara itu, Pengamat Pendidikan Universitas Indonesia (UI) Hanief Gafur menyatakan kurikulum pendidikan Indonesia baru menyentuh wilayah pembelajaran, agar peserta didik mampu bersaing di masa depan.

Sementara wilayah pendewasaan dan pembiasaaan sama sekali belum tersentuh. Bahkan cenderung diabaikan. Pendewasaan dalam arti bagaimana anak dibina agar siap menghadapi segala hal yang akan ditemuinya di luar ruang kelas.

"Sejauh ini pendidikan di Indonesia hanya sampai pada tahap pembelajaran saja. Tak heran mereka masih menganggap hal-hal seperti seks tidak pantas dibicarakan. Padahal itu merupakan suatu yang penting untuk diberitahukan," ungkapnya.

Persoalan ini, lanjut Hanief disinyalir sebagai akar persoalan di dunia pendidikan selama ini. Di antaranya siswa menjual diri karena himpitan ekonomi, prilaku seks bebas di antara sesama pelajar, serta bentuk kenakalan-kenakalan remaja lain.“Pendewasaan dan pembiasaan tidak menyatu dalam pendidikan. Pendidikan jangan dilokalisir,” tegasnya.

Apalagi, lanjut dia, teknologi berkembang dengan pesat, sehingga anak-anak semakin bebas untuk mencari tahu apa yang ingin mereka ketahui. Dengan tidak didapatnya pengetahuan seks di sekolah, maka anak akan mencari tahu sendiri.

Dalam kaitan ini, Hanief menegaskan peran penting orangtua dan para pendidik dalam memantau fase tumbuh dan berkembangnya anak dan remaja. Dia menyebutkan, ada tiga fase tumbuh kembangnya anak. Yaitu fase kebebasan dalam melakukan apapun, fase permisif (keserbabolehan), dan fase hedonis (pemburu kenikmatan). (ram)(ahm)

sumber: http://news.okezone.com/read/2010/05/27/338/336959/pendidikan-agama-bentengi-remaja-berbuat-mesum

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS